Jumat, 20 September 2013

Kisah Nyata Mengharukan Ketulusan Cinta Seorang Istri Kepada Suami

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.


Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.


***


Cinta itu butuh kesabaran…


Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???


Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..


Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..


Pernikahan kami sederhana namun meriah…..


Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.


Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.


Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.


Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..


Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….


Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.


Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.


***


Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.


Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.


Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…


Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.


Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…


Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…


Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.


Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.


Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.


Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.


Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.


Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.


Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …


“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.


Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.


Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.


Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”


Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.


Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.


***


Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.


Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.


Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”


Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”


Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”


“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.


“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.


”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.


”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.


Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.


Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.


Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.


Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.


Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.


Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.


Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.


Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.


Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.


***


Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.


Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.


Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..


Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.


Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..


Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..


Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.


Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…


Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.


Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.


Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.


Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.


Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.


Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.


Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..


Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..


Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.


Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.


***


Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.


Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?


Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.


Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.


Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.


Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.


Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.


***


Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.


Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.


Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.


Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.


“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.


“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.


“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.


Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.


Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”


Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.


Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.


Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..


***


Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..


Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.


Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.


Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.


Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.


“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.


”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..


Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.


Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?


“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.


Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.


“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.


Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.


Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“


MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..


Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.


“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.


Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.


”Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.”


Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.


Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”


Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”


Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”


Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”


”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.


Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..


Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?


Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“


Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.


Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.


Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”


Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.


Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“


“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.


Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.


Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.


***


Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.


Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”


Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.


“Apakah kamu sudah siap?”


Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :


“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.


Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”


Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…


“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.


Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.


Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”.


Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.


Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.


Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.


Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.


***


Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.


Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.


Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.


Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.


Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?


Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.


Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.


Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.


“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”


Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..


Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”


Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.


Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”


”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.


Lalu suamiku berkata, ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”


Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.


Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.“


Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.


Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.


***


Keesokan harinya…


Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.


Aku pun dilarikan ke rumah sakit..


Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..


Aku merasakan tanganku basah..


Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.


Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”


Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?


Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”


“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”


Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.


Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.


Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..


Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..


Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.


Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.


Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.”


***


Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.


=====================================================


Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?


Aku dihina oleh mereka ayah.


Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?


Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..


Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?


Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..


Aku diusir dari rumah sakit.


Aku tak boleh merawat suamiku.


Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.


Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.


Aku sangat marah..


Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..


Aku tak mau sakit hati lagi.


Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..


Engkau Maha Adil..


Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..


Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..


Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..


Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..


Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..


Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..


Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.


Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.


Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.


Aku harus sadar diri.


Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.


Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?


Ayah.. aku masih tak rela.


Tapi aku harus ikhlas menerimanya.


Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.


Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.


Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.


Sebelum ajal ini menjemputku.


Ayah.. aku kangen ayah..

Kamis, 12 September 2013

Buah pikir “Perenungan “bebas” ayat-ayat ilahi “ Oleh : Husnul Yakin Ali



Berguru Pada Iblis


Sangat aneh rasanya manusia yang sungguh mulia harus berguru pada Iblis. Oleh karena itu, bagi Anda yang memegang teguh akidah dan tidak mau lebih jauh terseret dalam jurang kesesatan, sebaiknya tidak ikut-ikutan beguru kepada Iblis, dan cepat-cepatlah menutup tulisan ini, apalagi kalo tulisan ini sampai diketahui oleh guru spiritual Anda.

Bagi saya kewajiban menuntut ilmu dari semenjak lahir hingga ajal menjemput tidak harus dibatasi oleh ruang-waktu. Begitu juga seharusnya tidak ada batasan kepada siapa kita harus berguru, asalkan kita dapat memilah dan memilih mana ilmu yang benar-benar hak dan mana yang bathil. Berguru kepada ulama jumhur akan menjadi sia-sia jika akhirnya kita harus tersesat akibat tidak bisa memilah dan memilih mana yang hak dan mana yang bathil tersebut.

Lantas, kenapa kita mesti berguru kepada Iblis? sementara masih banyak ulama, pendeta, pastor, romo, atau bahkan mungkin teman atau sahabat sendiri yang ada di sekitar kita yang bisa memberikan pencerahan kepada kita. Maksud saya disini sebetulnya ingin mengangkat keoriginalan sebuah kisah/pengetahuan dimana pengetahuan itu bersumber, dan semoga pengetahuan yang berasal dari sumbernya jika kita pilah dan diambil yang hak-nya akan menjadi ilmu penuntun, minimalnya untuk diri sendiri. 

Jadi, apa sebetulnya yang ingin saya angkat? 
Menurut pandangan saya, bahwa ada nilai-nilai luhur dari membangkangnya Iblis kepada Sang Pencipta, yaitu:
  1. Iblis mempunyai Iman yang sangat tinggi dan teguh, sehingga Iblis tidak mau sujud kepada selain Sang Penciptanya, dalam hal ini ia tidak mau sujud kepada Adam, yang artinya ia tidak mau menyekutukan Sang Pencipta.
  2. Dalam menjalankan kehidupannya, Iblis adalah makhluk yang ikhlas dalam beribadah, sehingga ia tidak mengharapkan pamrih dengan tidak mengharapkan Surga.
  3. Dalam menjalankan kehidupannya, Iblis senantiasa meminta ijin kepada Sang Pencipta, dan atas ijin-Nya itulah, Iblis diberikan mandat oleh Sang Pencipta untuk menggoda anak cucu Adam sampai akhir hayatnya, dan mungkin itulah sebagai bentuk ibadahnya, karena mendapatkan ijin langsung dari Sang Pencipta.
  4. Iblis adalah model makhluk "sufi" yang sangat tinggi keilmuannya, karena dia salah satu makhluk yang sangat dekat dengan Sang Pencipta, namun tidak ada yang tahu pesis dalam pikiran Iblis kenapa ia membangkang salah satu perintah-Nya, padahal ia tetap sujud kepada Sang Pencipta.
Pandangan saya, bahwa makhluk pokok yang diciptakan oleh Tuhan adalah Malaikat, Jin dan Manusia. Dari ketiga makhluk tersebut, saya membagi lagi menjadi dua, yaitu makhluk yang diberi akal plus hawa nafsu dan yang tidak diberi akal dan hawa nafsu. Makhluk yang diberi akal dan hawa nafsu adalah Manusia dan Jin, sedangkan makhluk yang tidak diberi akal dan nafsu adalah Malaikat. Sehubungan Malaikat adalah makhluk yang tidak diberi akal dan nafsu, maka dia tidak berpotensi untuk membangkang perintah-Nya. Sementara Makhluk yang diberi akal berpotensi untuk membangkang perintah-Nya (Jin dan Manusia). Sedangkan Syetan saya kategorikan bukan makhluk, melainkan sebuah sifat yang dapat berwujud pada diri Jin dan Manusia. Adapun kaitannya dengan Iblis, saya kategorikan sebagai Jin yang membangkang Perintah-Nya, sehingga dapat dikategorikan sebagai Syetan.

Sedangkan pada fitrahnya, Iblis itu hanyalah Jin, Jin yang mengemban amanat untuk menyesatkan anak cucu Adam. Kenapa mengemban amanat? karena segala tindak tanduknya telah mendapat Ridho dari Sang Pencipta, sehingga saya Kategorikan pula bahwa Iblis sebetulnya rasul pembawa kesesatan. Sedangkan Iblis sendiri pandangan saya sebetulnya tidaklah sesat. Ini bukan berarti bahwa yang tersesat oleh Iblis bebas dari segala Hisab (pertanggung jawaban). Tinggal kita kembalikan pada Firman yang menyebutkan : "Tidak Kuciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku"

Kenapa saya katakan Iblis tidaklah sesat? karena Iblis tetap beribadah kepada Sang Pencipta, menggoda anak cucu adam atas ijin-Nya, sementara manusia yang tersesat kebanyakan beribadah bukan karena mencari Ridho-Nya, dan banyak diantara manusia menuhankan sesamanya dan sesama makhluk.

Kenapa Lantas Tuhan mewanti-wanti kita untuk menjauhi Iblis? Itu sebetulnya Kasih Sayang Tuhan yang sangat Tinggi untuk makhluk-Nya bernama manusia agar tidak tersesat karena Iblis, dan itu dijadikan dasar bagi Tuhan untuk meminta pertanggung-jawaban manusia, karena manusia telah diperingati oleh Tuhan melalui rasul-rasul-Nya, dan celakalah manusia-manusia yang mengikuti kesesatan Iblis. Sedangkan bagi umat manusia yang berpegang teguh pada ajaran Tuhannya, tentu sedekat apapun dengan Iblis dia tidak akan tersesat, dengan catatan bahwa setiap tindak tanduknya mengharapkan Ridho dari-Nya.

Lantas bagaimana dengan firman Tuhan yang secara tegas mengatakan bahwa Iblis adalah Makhluk terkutuk dan Laknatullah?

Ini pandangan saya :
Sangat ironis manusia yang ikut2an menghakimi Iblis, padahal dia sendiri banyak membangkang terhadap perintah Tuhan, sedangkan Iblis cuman sekali membangkang.

Sangat ironis manusia yang banyak membangkang perintah Tuhan dapat masuk ke dalam surga hanya karena mempunyai iman setitik, sedangkan Iblis sebelum tercipta Adam disebutkan sebagai ahli ibadah dan satu kali membangkang kenapa tak berkesempatan masuk sorga?

Sangat ironis Tuhan Yang Maha Rohman dan Rohim telah memvonis makhluk yang Dia ciptakan untuk masuk neraka, padahal Iblis menyesatkan manusia atas Ijin dari-Nya

Sangat ironis Tuhan Yang Maha Hakim telah memvonis Iblis masuk neraka padahal masih ada pengadilan terakhir tempat semua makhluk mempertanggung-jawabkan seluruh perbuatannya dan melakukan pembelaan.

Bisa-kah kita berpikir dan mengambil hikmah positif dari semua itu?
Berpikir... berpikir... berpikir.... Itulah perintah Tuhan dalam beberapa firman-Nya.

Wallahu a'lam bishowab

Tak Ada Pengusiran Adam dari Surga

Ketahuilah wahai saudarku! Adam tak pernah diusir dari Surga, melainkan ia menerima “Perintah” Allah untuk menghuni bumi ini, ingat, “PERINTAH” bukan “DIUSIR”. Kalimat “pengusiran” saya pikir tidak tepat untuk Adam yang telah dipersiapkan dari awal untuk dijadikan kholifah di muka bumi ini.

“…..Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi……” (Al-Baqarah : 30)

dan setelah proses penciptaan adam selesai, maka turunlah perintah itu :

“Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah : 38)

Kesalahan adam yang memakan buah yang dilarang oleh Allah tidak bisa dijadikan dasar “Pengusiran”, karena sebelum ayat yang ke-38 tersebut turun, terlebih dulu turun ayat ke-37 tentang pengampunan Adam yang memakan buah yang dilarang Allah.

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah 37)

Jadi pandangan saya sejauh ini; berdasarkan skenario yang tersirat dalam surat Al-Baqoroh Ayat 30-38, sekalipun Adam tidak memakan buah “Khuldi”, Allah akan tetap menurunkan Adam ke muka bumi sebagai kholifah sesuai dengan rencana-Nya di surat Al-Baqoroh ayat ke-30.
Wallahu a’lam bishowab

Surga Itu Mitos


Bagi Anda yang masih waras, dilarang keras membaca tulisan ini, dan disarankan untuk tetap mengkaji kitab-kitab kuning karya ulama-ulama besar dan jumhur supaya Anda tidak ikut tersesat.

Bagi saya, Surga adalah sebuah cerita khayalan dari negeri dongeng, dan keberadaannya tidak patut untuk dipercaya, kenapa? karena memang tidak wajib untuk dipercayai bahkan diimani keberadaannya. Apa dasarnya tidak wajib untuk diimani? Silahkan Anda kaji apa yang seharusnya wajib untuk diimani dalam Rukun Iman! Jika benar bahwa Surga itu wajib untuk diimani, seharusnya tercantum secara spesifik dalam Rukun Iman, dan karenanya Rukun Iman haruslah berjumlah 7 (tujuh).

Oke, memang Surga tidak tercantum dalam Rukun Iman, tapi kan disebutkan dalam berbagai Ayat dalam Al-Qur'an? dan kedudukan Al-Qur'an sudah tidak diragukan lagi kebenarannya, dan merupakan sumber hukum tertinggi bagi Umat Islam? Bagaimana saya menanggapinya? Tanggapan saya, bahwa berbagai ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan keberadaan Surga adalah ayat tipu muslihat, ayat tersebut ditujukan untuk menguji keimanan seseorang dalam beribadah, apakah ibadahnya mengharapkan Surga, atau benar2 ikhlas beribadah hanya karena Allah Swt.

Anda tentu masih ingat kisah Adam yang tergoda memakan buah khuldi akibat ada hasrat untuk kekal selamanya disurga? Dan ternyata apa yang terjadi setelahnya ia memakan buah khuldi? kekalkah ia di surga? faktanya ia malah terusir di tanah kelahirannya.

Wah... berarti kita bisa bebas dong untuk tidak beribadah? karena ngapain beribadah, toh surga itu tidak ada? hmm.... Sekarang, silahkan Anda bertanya pada diri Anda sendiri, apakah motivasi ibadah Anda masih tetap mengharapkan Surga? kalau Surga itu benar tidak ada, apakah Anda semua akan berhenti beribadah memuji Kebesaran-Nya? Dimanakah letak keihklasan Anda dalam beribadah?

Khusus Bagi saya, ada surga ataupun tidak, saya akan tetap terus berusaha untuk ikhlas beribadah kepada Sang Pencipta tanpa mengharapkan ganjaran/pahala Surga, dan saya tetap akan mengimani Rukun Iman dan tetap beriman kepada Hari Akhir meskipun Surga tidak wajib untuk diimani.

Wallahu a'lam bishowab


Ayat yang Memungkinkan Penjelajahan Ruang-Waktu


Pernahkah anda bermimpi atau membayangkan dapat kembali ke masa lalu? atau dapat menyaksikan zaman hewan-hewan raksasa yang buas yang dikenal dengan sebutan Dinosaurus layaknya dalam film-film fiksi ilmiah yang dapat kita saksikan di layar lebar atau layar televisi? Pernahkah anda membayangkan bahwa semua cerita tersebut bisa terwujud? Atau anda hanya membayangkannya sebagai dongeng pengantar tidur? Semua memang masih merupakan perdebatan, jangankan di kalangan awam, bahwa di kalangan ahlinya sendiri-pun hal tersebut masih berupa wacana atau konsep yang memang belum seorang pun yang dapat membuktikan konsep atau teorinya tentang penjelajahan ruang-waktu.

Terlepas hal di atas masih berupa perdebatan atau bukan, saya ingin menunjukkan kepada anda ayat-ayat yang memungkinkan penjelajahan ruang-waktu berdasarkan penelaahan keawaman saya tentang tafsir-tafsir ayat Illahi. 

Kemungkinan yang pertama, manusia bisa menembus ruang-waktu dengan kecepatan cahaya. Artinya, bahwa manusia harus menjadi cahaya itu sendiri, yang berarti pula manusia harus meluruh menjadi energi dan gelombang cahaya. Sehubungan dengan kondisi tersebut, diberlakukan syarat lain agar manusia dapat menjadi wujud sediakala ketika telah meluruh menjadi energi/gelombang cahaya yaitu dengan diseliputinya manusia dengan zat khusus, super khusus yang disebut telah diberkahi oleh Allah, hal ini dikabarkan dalam Surat Al-Isra ayat 1:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Aal-Isra : 1

Kemungkinan yang kedua, manusia bisa menembus ruang-waktu dengan cara menekuk lembaran waktu yang terhampar dan melengkung akibat dipengaruhi oleh gaya gravitasi benda langit. Hal ini dikabarkan dalam surat Al-Kahfi ayat 1

"Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya". Al-Kahfi : 17

Kemungkinan yang ketiga, manusia bisa menembus ruang-waktu dengan cara memanfaatkan pasangan kontinuum ruang-waktu yang terus bergerak maju, artinya manusia harus menemukan kontinuum ruang waktu yang terus bergerak mundur. Hal ini dikabarkan dalam surat Yasin ayat 36 :

“Maha Suci Allah yang telah menciptakan makhluk-Nya berpasangan-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. Qs. Yaa Siin : 36.

Sepertinya tidak mungkin?

Wallahu a'lam bishowab

Menangkap Jibril

Pada tulisan ini saya ingin mencoba menangkap Jibril dan mempersembahkannya untuk anda. Namun, sebelum saya dapat menangkap Jibril, ada baiknya kita identifikasi dulu supaya tidak salah nangkap (ayo minta dulu fotonya ke Interpol) heheh...

Dengan tidak bermaksud mengesampingkan ajaran dari agama ataupun keyakinan lainnya, untuk dapat mengidentifikasi Jibril, saya akan memakai metode identifikasi pada saat diterimanya wahyu oleh Nabi Muhammad dari Allah Swt. Dikisahkan, bahwa ketika pertama kali Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira, keadaan Beliau saat pulang ke rumah dalam keadaan menggigil seperti ketakutan, dan seluruh tubuhnya merasa bergetar sehingga meminta keluarganya untuk menyelimuti dirinya hingga bergetarnya hilang. Di lain kisah disebutkan bahwa ketika menerima wahyu, beliau seperti mendengar bunyi lonceng yang sangat tinggi hingga tubuh Beliau merasa bergetar. Ya, bergetar setiap kali beliau menerima wahyu. Lantas, apa yang menyebabkan Beliau bergetar? sementara di saat wahyu pertama diturunkan, beliau tidak pernah melihat sosok Jibril.

Untuk melengkapi identifikasi, bahwa Jibril adalah malaikat, sehingga tentunya Jibril terbuat dari cahaya, karena disebutkan bahwa malaikat terbuat dari cahaya. Meskipun terbuat dari cahaya, tentu kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa malaikat adalah cahaya, tapi setidaknya kita bisa memulai dari mengidentifikasi cahaya. Menurut Wikipedia, bahwa Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak.

Kita ambil simpelnya aja, bahwa cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnet. apa itu gelombang elektromagnet? Gelombang elektromagnet adalah gelombang yang dapat merambat meskipun tanpa melalui medium, dan kecepatannya adalah merupakan kecepatan cahaya. Gelombang elektromagnet terdiri atas beberapa jenis gelombang, yakni : gelombang radio, gelombang televisi, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet, sinar x, sinar gamma.

Terus, bagaimana kita bisa mengubungkannya dengan cerita diterimanya wahyu oleh Muhammad?
Menurut pandangan saya, sangat jelas dan nampak, bahwa konsep diterimanya wahyu oleh Rasulullah adalah dengan menangkap getaran (gelombang elektromagnet) sebagai akibat adanya suatu Zat yang memancarkan gelombang tersebut. Dalam hal ini, kalau dikaji secara ilmu fisika, bahwa Muhammad sebetulnya sedang bertindak sebagai penerima gelombang (receiver/radio) dan yang menyiarkan gelombang tersebut adalah Dia yang Maha Pemilik Gelombang yang sedang bertindak sebagai Sesuatu yang memancarkan gelombang (transmitter/stasiun radio). Lantas, siapakah Jibril? pandangan saya, bahwa Jibril tidak lain dan tidak bukan adalah gelombang elektromagnet itu sendiri.

Oh... apakah dengan begitu apakah saya akan mengatakan bahwa untuk menangkap Jibril adalah dengan menyetel radio begitu? Saya tidak akan menyebutkan seperti itu, karena gelombang elektromagnet tidak harus ditangkap oleh radio, dan saya sendiri tidak tahu persis termasuk jenis gelombang elektromagnet manakah Jibril itu, apakah gelombang radio, televisi, inframerah, atau lainnya? karena semua gelombang hampir bisa dijadikan sarana untuk mengirimkan paket-paket data/informasi. (ingat teknologi infra merah pada HP?).

Yang ingin saya tekankan di sini, bukan menangkap gelombang-gelombang tersebut dengan alat-alat fisika, namun saya ingin tekankan bahwa tangkaplah gelombang tersebut dengan jiwa, ya, jiwa yang merasakan getaran akibat menyatunya frekwensi jiwa kita yang lemah dengan frekwensi Dia Yang Maha Pemilik Frekwensi. Karena syarat untuk dapat diterimanya gelombang tersebut oleh radio adalah dengan sama persisnya antara frekwensi penerima dan pemancar. Sedekat apapun stasiun radio/televisi di rumah kita, maka tidak akan tertangkap siarannya jika kita tidak memiliki radio/televisi dan mengetahui frekwensi gelombangnya. Begitupun jiwa kita, walau dikatakan bahwa Tuhan lebih dekat daripada urat lehermu, tidak akan pernah kita rasakan kehadiran-Nya jika kita tidak berusaha menangkap dan mengetahui frekwensi sejati-Nya.

Wallahu a'lam bishowab

Orang Paling Beriman adalah Orang Paling Dungu

Sering saya bertanya, sebetulnya mana yang harus didahulukan, iman atau yakin? Dan manakah diantara keduanya yang mempunyai derajat yang lebih tinggi? Atau memang keduanya sama hanya berbeda secara istilah? pertanyaan ini saya lempar kepada orang2 yang notabene mempunyai kapasitas, namun jawaban yang saya dapat hanyalah jawaban relative dan mengandung makna dualitas, karena di satu sisi mereka mengatakan lebih tinggi iman, dan di sisi lain mereka mengatakan lebih tinggi yakin.

Yang berpendapat lebih tinggi iman berargumen bahwa kita harus beriman sesuai dengan perintah agama, karena segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan kalau kita tidak beriman maka Tuhan akan menimpakan adzab terhadap kita, dengan kata lain iman adalah harga mati. Sementara yang berargumen lebih tinggi yakin (haqul yakin) berargumen bahwa yakin lebih tinggi tingkatannya karena dengan yakin berarti kita telah menyaksikan secara langsung sesuatu yang kita imani, dan tidak bisa diragukan lagi keberadaan/kedudukan sesuatu yang kita imani terebut.

Saya belum bisa mengambil kesimpulan atas adanya dualisme pendapat tersebut, hingga akhirnya saya bertanya pada alam. Apa sebetulnya iman dan apa fungsinya? Namun sebelum saya mendapat jawaban, saya dibenturkan lagi pada penyataan bahwa manusia lebih mulia dan paling sempurna daripada makhluk lainnya, dan yang membedakan kemuliaan dan kesempurnaannya adalah dengan dianugerahinya akal oleh Tuhan pada manusia. Lantas apa fungsi akal? Apakah untuk lebih mempertebal rasa keimanan? atau sebaliknya? kalau akal adalah alat untuk mempertebal keimanan, bukankah dengan akal manusia banyak yang ingkar terhadap Tuhan-nya dan malah menuhankan akal? Bukankah seharusnya Tuhan tidak usah memberikan akal kepada manusia agar manusia semuanya menjadi patuh dan taat terhadap-Nya? Layaknya hewan, layaknya tumbuhan, layaknya benda langit, layaknya malaikat yang senantiasa patuh dan taat pada perintahnya karena tidak diberikan akal. 

Dan ah... ternyata... alam memberikan jawabannya, jika begitu untuk beriman ternyata tidak perlu akal, dan itu berarti orang yang beriman adalah termasuk makhluk-makhluk yang dungu layaknya hewan, layaknya tumbuhan, dan malaikat sekalipun, karena mereka melaksanakan perintah-Nya tanpa pernah membantah sedikitpun.

Tapi tunggu dulu... kita kan dianugerahi akal? akal untuk berpikir. Jika untuk beriman tidak diperlukan akal, berarti sia-sia dong Tuhan memberikan akal kepada manusia? padahal Tuhan melalui ayat-ayatnya memerintahkan kepada manusia untuk berpikir... berpikir... dan berpikir... ya... karena ada istilah “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.”Lantas gimana dong korelasinya?

Oke langsung saja saya pada intinya daripada terus-terusan mengajak anda muter-muter. Orang yang paling beriman adalah orang paling dungu, karena untuk beriman tidak diperlukan akal. Namun saya mengkategorikan menjadi dua istilah dungu dimaksud.
  1. Orang beriman yang dungu dan benar-benar dungu karena tidak pernah mau menggunakan akal dan pikirannya untuk mencerna tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta.
  2. Orang beriman yang dungu di hadapan Sang Pencipta karena ia gunakan akal dan pikirannya untuk mencerna tanda-tanda kebesaran-Nya dan menemukan Tuhannya yang sejati dalam dirinya (haqul yaqin), sehingga setelah itu ia tanggalkan akalnya dalam menerima kebenaran dalam ajaran-ajaran dari Tuhan-nya karena ia menemukan ketidak berdayaannya di hadapan Sang Pencipta.
 Terdapat pada golongan manakah iman kita?

Wallahu a'lam bishowab


Rabu, 11 September 2013

Kisah Cinta Mengharukan | Selamat Jalan Suamiku Tercinta



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim...

"...Karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..."(Q.S. Al Insyirah : 5-6)

Hmm...hm.. Darimana aku harus memulai menulisnya ya, kenangan yang indah, kenangan yang luar biasa, dan subhanallah.. Maha Besar Allah dengan segala takdirNya...


Dua puluh tiga bulan yang lalu, ketika ucapak akad nikah itu terlantun dari bibirnya.. ketika itu pula saya merasa bahwa status saya telah berubah, yaitu menjadi seorang istri dari suami yang sholeh..

Hari-hari kami penuhi dengan ucapan syukur pada Illahi Rabbi... Ya Allah terima kasih, engkau telah mengirimkan padaku seorang suami yang sabar, rendah hati, dan sangat menyayangiku..

Subhanallah, Allahu Akbar. Hari-hari kami lalui dengan penuh kebahagiaan dan penuh senyuman juga harapan. Kami susun lembaran rencana hidup kami yang akan kami lakukan..

Hm..hm..2 bulan setelah menikah, tepatnya Bulan Syawal tahun 2006, pagi itu terasa pusing sekali diriku, terasa berkunang-kunang. Ternyata, alhamdulillah Allah menitipkan janin kecil pada kami. Subhanallah, ada janin kecil dalam rahimku..

Allahu akbar, hari-hari kami lalui dengan semangat yang membara, karena sebentar lagi akan lahir putra kami.. hm.. hm.. rasanya tak sabar menunggunya.. Kami berdua tetap beraktivitas seperti biasa, kuliah S2 kami tetap kami lalui. Karena kami memang punya kewajiban untuk menyelesaikan S2 kami masing-masing...

Tak terasa, kehamilan 6 bulan tiba..hm.. Badanku sudah mulai gemuk, tetapi belum begitu gemuk kata teman2ku..

Tiba saatnya suami tercinta bertolah ke Netherland, untuk melanjutkan S2nya. Rasanya begitu berat, ditengah kehamilan yang menginjak usia 6 bulan, 3 bulan lagi saatnya untuk melahirkan.. tetapi bagaimanapun juga dalam pikiranku, aku hanya ingin melihat suami tercinta berhasil dalam hidup dan kuliahnya. Dengan penuh suka cita dan linangan air mata aku melepas kepergiannya di Bandara Adisucipto..

Ujian pernikahan kami tidak sampai disini, suamiku ternyata mendapatkan sedikit ujian tentang penerbangannya. Dia harus "delay" satu hari di Malaysia. Dengan anakku yang masih ada diperutku, aku mencoba mengurus tiket penerbangan suamiku.. Hm..ditengah kelelahan yang menderam ternyata ada kepuasan batin ketika dengan keikhlasan membantu sang suami tercinta. Semoga Allah meridhoi langkah ini, menjadikan pahala atasku untuk berkhidmat kepada suami tercinta..

Hari-hari di Netherland, terasa begitu lama. Komunikasi lewat handphone dan yahoo messenger merupakan cara kami untuk tetap berkomunikasi, walau memang pulsa membengkak, tetapi tidak jadi masalh bagi kami. Beliau selalu bilang "De, insya Allah ada gantinya sayangku..".

Linangan airmata kerinduan untuk bertemu dengan suami terus mendera, akan tetapi semangat untuk mendukungnya, untuk memberikan motivasi padanya mengalahkan segala kelelahan.

Bulan Juni tiba, ujian S2 ku segera digelar sambil menunggu kehadiran suami tercinta dari negeri orang. Hari-hari terus menunggu kepulangannya, hingga tanggal 26 Juni tiba. Saat itu aku selesai ujian semenster 2 S2 ku, pulang jam 5 sore. Bahagia sekali, insya Allah nanti malam berjumpa suami tercinta.

Alhamdulillah, "sayangku, insya Allah nanti malam ketemu Ayah.." jam 20.30 aku bertolak ke Bandara untuk menjemput suami tercinta. Alhamdulillah, airmata ini menetes ketika melihat beliau memelukku, mencium keningku tanda kerinduan yang terpendam. Subhanallah, rasanya bahagia sekali ketika berjumpa dengannya setelah terpisah 3 bulan lamanya.

Hm..hm..rasa lelah mendera kami berdua, malam itu seolah cerita tiada habisnya. Alhamdulillah, mas bisa menunggu putra kita lahir di dunia, insya Allah. bahagianya rasanya kembali bisa berkumpul dengan suami..

Keesokan paginya, suami mohon ijin untuk istirahat ditengah kelehannya dari Belanda. Tetapi, jam 08.30 pagi...aku bilang "mas, kayaknya kita harus ke rumah sakit.." Tiba2 air ketubanku pecah, dan panik...tetapi dengan ketenangan suamiku, akhirnya kami ke Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk bersalin..

Puji syukur kehadirat Allah, alhamdulillah sudah bukaan 1. Tetapi ketuban itu terus dan terus keluar, hingga pukul 11.30 alhamdulillah sudah bukaan 8, kemudian jam 12.30 alhamdulillah bukaan 10. Persalinan dijelang, aku masuh ruang persalinan ditungguin oleh suami tercinta. beliau tak hentinya melafadzkan dzikir sambil memegang erat tanganku yang sedang berusaha untuk melahirkan. Sampai jam 15.30 anakku juga belum lahir.. Kami masih berusaha sekuat tenaga untuk proses persalinan normal.

Suamiku tak henti2nya meneteskan airmata ketika melihatku melalui proses persalinan. Dokterpun masuk mengontrol kami, kemudian hati kami berdua dikejutkan dengan kata2 "Denyut jantungnya melemah,.." tetapi kekuasaan Allah, 5 menit kemudian diperiksa alhamdulillah normal. Kemudian pukul 16.00 diputuskan untuk operasi caesar. Dan kamipun menyanggupinya.

Alhamdulillah jam 16.45 putra kami lahir, laki-laki dan kami beri nama Asfarizal Abdurrahim Fadiyya Alfauzan. Alhamdulillah, hidunya mancung seperti ayahnya, hampir semuanya mirip ayahnya. Suamiku menangis tak henti-henti.... bersyukur kepada Allah, setiap hari beliau melantunkan hafalan surat2 dalam AlQuran, juz 29 yang sering ia bacakan untukku dan putraku dengan hafalan beliau.

Kebahagiaan menyelimuti kami berdua, dan putra kami ajak untuk kuliah S2..

Alhamdulillah suami hampir selesai S2, dan Allah memberikan kemudahan baginya untuk S3. Akan tetapi sebelum bulan November beliau harus selesai S2nya. Ditengah kesibukan kami sebagai orang tua baru, kami harus bekerja sama untuk menyelesaikan S2 suamiku. Alhamdulillah sesuai dengan rencana.

Tiap malam aku menemaninya dan membantunya untuk menyelesaikan S2nya, dan kemudian ditambah lagi dia harus membawa jurnal yang akan dipresentasikan ke Thailand. Alhamdulillah jurnal diterima oleh pihak penyelenggara, dan beliau dijanjikan untuk S3 ke Jepang, Nagoya University apabila beliau bisa menyampaikan paper di seminar dengan baik.

Hari keberangkatan tiba, tanggal 2 November 2007. dengan sukacita beliau bertolak ke Thailand, dengan 'sangu" akan menjadi pembicara disana. sms demi sms kuterima dengan penuh kebahagiaan dan sukacita. Alhamdulillah, sang promotor menyetujui beliau untuk melanjutkan S3 ke Jepang. beliau sms, "Alhamdulillah istriku tercinta, mas bisa berangkat ke Jepang karena Pak Profesor menerima pemaparan mas dengan baik, insya Allah". Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi kami berdua.

Berita gembira itu masih kusimpan dalam handphoneku, dan juga semangat yang dia berikan padaku: "Bunda, alhamdulillah kita punya kehidupan sendiri yang kita bisa bersama berjuang dan meraih impian. Semangat ya bunda, doa ayah selalu terucap untukmu". Subhanallah, beliau sangat menyayangiku, selalu mengobarkan semangat untukku.

Tanggal 4 November, sms demi sms masih kuterima hingga jam 12.45. Kubalas sms itu dan masuk hingga jam 14.00. kebahagiaan menyelimuti hidup kami, dan tak kami duga dan tak kami sangka, ternyata Allah punya rencana besar buat kami.

Jam 15.00 waktu Thailand, suamiku mengalami kecelakaan speedboad, dan Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, dia berpulang kepada Allah Sang Maha Pencipta. Kabar itu kuterima jam 21.30 malam, ketika berita itu disampaikan padaku, aku hanya bisa mengambil air wudhu kemudian menangis dihadapan Allah, sholat sunnah 2 rokaat untuk menguatkan hatiku, hingga yang keluar hanyalah "Innalillahi wa inna illaihi roji'un. Allahuma Ajirnii fii mushibati wakhlufli khoiru minha..." Ya Allah berilah aku pahala atas ujian ini, ringankanlah ujian ini, dan gantilah dengan yang lebih baik..."

Linangan airmata tak henti dari mataku, bibirku kelu untuk berucap apapun, aku tak kuasa menahan tangis ketika orang2 mulai berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa padaku. Hanya lantunan "Laa haula wa laa quwwata illa billah" yang mampu aku ucapkan untuk menguatkanku.

Hari senin, aku masih menantikan kepulangan jenazan suami tercinta. Kupenuhi dengan sholat, entah sholat sunah apapun aku usahakan lakukan agar aku tetap khusnudzon sama Allah, begitu berat rasanya hati ini untuk menerima takdir Allah. Putraku masih 4 bulan. Senin, pembicaraan panjang tentang pemulangan suamiku, dan aku menhandle sendiri. Semuanya bermusayawarah denganku tentang kepulangan jenazah suamiku.

Hari selasa tiba, jadwal kepulangan suamiku memang sesuai dengan jadwal kepulangan yang direncanakan. Hanya yang berbeda adalah wujudnya. Dia berpulang dalam keadaan membujur kaku tak berucap sedikitpun. Aku ingin menjemputnya dalam pelukanku, akan tetapi dia sudah dibungkus peti jenazah dengan rapi dan di atasnya adalah surat2 kematian untukku, bukan pesan indah darinya tetapi pesan dari KBRI di Thailand.

Selasa, 6 November 2007, kami keluarga besar beserta tim dari UGM menjempunya di bandara AdiSucipto. Aku tak mampu untuk meguasai diriku, airmata keluar tak terasa sebagai wujud cintaku padanya. Laa haula walla quwwata tak henti dari bibirku, sambil menggendong putraku aku menyapa suamiku.. "Assalamu'alaikum sayangku, cintaku...Selamat datang suamiku tercinta.." Aku hanya mencium peti jenazahnya, bukan dirinya. Allahu Akbar..

Sampai di rumah duka, peti jenazah dibuka, subhanallah, allahu akbar, suamiku tersenyum di peti jenazah itu. Berulang kali aku mengusap wajahnya, dan airmataku kutahan dengan sekuat tenagaku. Aku menemaninya di dekat peti jenazah suamiku..

Pemakamanpun tiba, aku menemaninya hingga beliau dimasukkan ke dalam liang lahat. Dan itu untuk terakhir kalinya aku memandang suamiku tercinta, tetesan airmata membaasahi pipiku.. Aku tak mampu untuk berucap apapun kecuali lantunan doa untuknya untuk suami tercinta...

Aku pulang dari makam dengan langakh gontai, tetapi aku ingat anakku...

Selamat Jalan suamiku tercinta, semoga Allah mengampunimu.. engkau pergi ke Thailand dalam rangka menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu, dan juga memperjuangkan keluargamu dan masa depanmu, Banyak yang mengatakan engkau syahid suamiku, karena engkau meninggal tenggelam.

Suamiku tercinta, selamat Jalan...Semoga Allah mengampuni dosa2mu, melapangkan kuburmu,menerangi kuburmu, dan menjadikan kuburmu sebagai bagian dari taman surgaNya..

Aku sangat mencintaimu suamiku..
(Semoga Allah memberikan kekuatan kepada saya dan putra saya untuk melanjutkan perjuangan demi ridhoNya..)

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....



http://kisahceritaislamm.blogspot.com/2013/01/kisah-cinta-mengharukan-selamat-jalan.html

Senin, 09 September 2013

Kisah Nyata: Pemuda Yang Berbulan Madu Dengan Bidadari

Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam.Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid….selama ini e
ngkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa. “Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.


“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,” kata Rasulullah SAW. Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”

”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.

Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said. “Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.” Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?” Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong….”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata,
“Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…. bukankah lebih disuruh masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata,

“Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah…..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”

Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah tidak berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surat 24 : 51
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS. 24:51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.

“Sudah ada persiapan?” Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan.

Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”

Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas,
“Itu tidak mungkin!” Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut,

“Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
(QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah.

Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an surat 3 : 169-170 dan 2:154).

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS 3: 169-170).

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”
(QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.

Subhanallah, sungguh mulia hati Zahid yang rela mengorbankan semuanya demi berperang di jalan Allah, semoga kita dapat mencontoh dari kisah diatas dan semoga kita dapat diijinkan untuk mati di jalan Allah (Khusnul Khatimah) Aamiin ya Rabbal 'Alamin.

Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.

Rabu, 04 September 2013

TULANG SULBI (TULANG EKOR) MANUSIA dan KEBENARAN HADIST NABI SAW



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Sahabat tahu tulang sulbi manusia? Ya, itu tulang yang berada pada setiap manusia. Sahabat mau tahu seperti apa? Coba dilihat di bawah ini:

Tulang sulbi
atau dengan bahasa Inggrisnya adalah Coccyx ini adalah bagian tulang dari tubuh manusia. Terletak pada bagian terbawah dari tulang belakang.

Tulang sulbi ini adalah tulang yang pertama kali ketika manusia diciptakan oleh Allah. Dari tulang inilah nantinya manusia dibangunkan pada hari akhir. Hebatnya lagi tulang sulbi ini tak akan hancur dimakan tanah.

Tulang sulbi sering disebutkan dalam hadits yaitu, dari Abu Huairah Nabi bersabda, “Sesungguhnya bagian tubuh manusia akan rusak, kecuali “tulang sulbi”, dari tulang ini pertama kali manusia diciptakan, dan dari tulang ini manusia dibangunkan dari kematian di hari akhir” (HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Dan ada satu lagi hadits tentang tulang sulbi ini:

Dari Abu Huairah Nabi bersabda, “Ada satu tulang yang tidak akan dimakan tanah. Mereka bertanya,”tulang apa ya Rasul?” Nabi menjawab” Tulang Sulbi”. (HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah)

fakta, bahwa hadits ini benar.

Seorang dokter yang berama Dr. Othman Al-Djilani dan syaikh Abdul Majid melakukan sebuah eksperimen terhadap tulang sulbi ini. Pada bulan Ramadhan 1423 atau sama dengan 2002 di tahun Masehi di Yaman.

Mereka berdua memanggang tulang punggung berikut juga dengan tulang sulbi. Dengan gas selama 10 menit hingga sampai benar-benar terbakar (tulang-tulang berubah menjadi mereha kemudian menghitam).

Kemudian mereka berdua meletakkan potongan-potongan yang telah gosong itu pada kotak steril.

Kemudian kotak steril itu mereka bawa ke labolatorium analisa terkenal di Sanaa, Yaman. Nama labolatorium itu adalah (Al Olaki Labolatory) –> Oke, tak perlu dihapal, tidak ada dalam UN kok. Hehe

Dr. Al Olaki, juga merupakan seorang professor di bidang histologi dan pathologi di Sanaa University, di Yaman. Ia menganalisa hasil potongan-potongan tulang tersebut dan menemukan bahwa sel-sel pada jaringan tulang sulbi (coccyx) dapat bertahan terhadap pembakaran.

Ternyata hanya sel-sel otot, sumsum, dan jaringan lemak saja yang terbakar. Sementara sel-sel tulang sulbi tidak terpengaruh.

Percobaan yang diatas ini membuktikan bahwa, hadits itu benar. Tulang sulbi akan tetap akan. Tak dimakan tanah, tak hancur terbakar, tahan pada kondisi apapun. SubhanaAllah bukan? Itulah, hebatnya Allah.

Jika kita gali ilmu-ilmu-Nya betapa kecilnya kita ini dihadapan Allah. Dunia saja ibarat butiran-butiranpasir. Bagaimana dengan kita yang lebih kecil daripada bumi? Sungguh Allah itu maha besar maha mengetahui.

1400 tahun yang silam Nabi sudah bersabda tentang tulang sulbi ini. Sudah terbukti hingga sekarang! So, kenapa harus ragu sama Allah?